2018, Saya Tak Ingin Seperti Mamah

Yasinyasintha.com – Saya hanya bisa melihat dari balik lemari rumah kontrakan sambil saling berbisik dengan kakak laki – laki saya, Obi. Tentang Mamah yang berhari – hari hanya duduk di balik jendela menghadap ke luar. Tidak ada hal lain yang bisa ia kerjakan, sepertinya kejadian Bapak di PHK dari perusahaan tempat puluhan tahun ia mengabdi cukup membuat Mamah saya terpukul.

Bukan karena menolak mengerti, tapi lebih kepada terlalu gamang pada keadaan bagaimana dan apa yang harus dilakukan sementara saya, kakak saya dan adik sekolah di SMA yang biaya bulanannya tak sedikit. Kain – kain di sudut ruangan tergeletak tak pernah disentuhnya, setelah rugi ratusan ribu karena menjadi menjahit sendiri kain lalu menjualnya dengan cara kredit, sepertinya Mamah saya kapok berbisnis.

Bukan hanya kali ini ekonomi keluarga kami morat marit, dulu waktu Bapak masih bekerja lalu mencoba bisnis yang berakhir dengan ditipu, semuanya kembali goyang. Hingga Mamah harus bekerja di sebuah konveksi jaket parasut dengan gaji yang sangat minim, kami semuanya ditinggal di rumah mengurus diri sendiri sedang Bapak tinggal di mess pabrik untuk menghemat ongkos karena dengan begitu kami semua masih bisa sekolah.

Masih di balik mata saya rasanya, terbayang cuplikan kenangan masa lalu setiap pulang sekolah kami bertiga membagi tugas, mulai dari menimba air, masak nasi hingga mencuci piring. 3 bocah SD ditinggal di rumah dan hanya dititipkan pada tetangga sekitar memastikan kami tidak bertengkar, jika Mamah pulang semuanya berebut tempat terbaik untuk tidur bersama yang berakhir dengan tidur ngampar di ruang tengah, juga jika Bapak pulang.

Selain ritual tes perkalian dan tes doa dan bacaan Al- Quran yang menyenangkan, hal lain yang membuat kami senang adalah setiap Mamah dan Bapak pulang selalu ada kue tambang, kalau Teteh saya pulang juga lebih mewah lagi. Ada coklat dan brownis Amanda yang membuat perut kami kenyang dan tidur kami tenang.

Suatu hari Mamah tak pulang hingga 2 minggu, kata Bapak orderannya banyak sekali hingga tak ada libur. Padahal sabtu sore itu saya, Obi dan Depi sudah mandi hingga sabunan 2 kali agar wangi. Sudah masak eceng dan belut, malam minggu itu suram sekali dan tak ada tes – tes dari Bapak yang menyenangkan, semuanya seolah larut dalam kesedihan menanti Mamah pulang tapi berakhir kecewa.

Minggu berikutnya, saya menang banyak, Obi dan Depi boleh dibawa menginap ke Pabrik. Sedang saya punya waktu berdua dengan Mamah, sambil memasak saya bertanya ” Mah, tak adakah pekerjaan yang bisa Mamah kerjakan tapi Mamah jadi tetap di rumah ? ” tanya saya yang disambung dengan cerita bagaimana Depi menjadi agak bengal dan Obi semakin sering di kamarnya saja tanpa mau bergabung dengan saya untuk sekedar menonton TV. ” Makanya Itha, yang pinter ya, yang baik, yang jujur, yang bisa bawa diri. Semoga kehidupan anak – anak Mamah lebih baik dari Mamah dan Bapak ” jawabnya.

Lalu saya melihat isak yang tertahan, sungguh itu jadi pertanyaan yang paling saya sesali seumur hidup. Sungguh.

Tahun berganti tahun, tapi ingatan masa – masa itu rasanya sulit sekali lekang. Saya tak pernah mencoba melupakannya, biar menjadi cambuk bagi saya bahwa benar yang Mamah bilang, saya harus bernasib lebih baik.

Andai sejak dahulu kemajuan teknologi sudah sedekat ini. Saya yakin Mamah takkan bilang kapok untuk mencoba bisnis jual beli juga andai saat itu pemasaran melalui internet sudah dalam genggaman pasti saya takkan melihat Bapak tertipu janji – janji muluk para distributor abal – abal. Andai saat itu ….

2018, Saya Tak Ingin Seperti Mamah

Hasrat saya dibidang craft dan menjahit tentu saja lahir dari Mamah, tapi saya tak ingin seperti Mamah yang hanya menjahitkan baju untuk orang lain dan menunggu ditemukan. Memang mungkin Mamah menjadi penjahit numero uno di kampung karena hasilnya bagus dan harganya yang murah, tapi saya tak ingin seperti Mamah.

Tahun ini, saya ingin memiliki bisnis online, yang dalam prosesnya saya dan Mamah membuat brand fashion dan menjualnya secara online. Alhamdulilah ini sudah direncanakan secara matang, bahkan merk baju nya pun nantinya sudah saya dan Mamah diskusikan, namanya Jahitan Mama dengan tagline ” Mama mungkin menua, tapi jahitannya selalu juara ” bagus bukan ?

Sebelumnya pun saya sudah pernah menapaki bisnis online, menjual sepatu lukis dan kaos lukis juga clay souvenir. Awal – awal memang panen orderan, semakin lama semakin menurun dan saya kehilangan arah tentang apa yang harus dilakukan, sampai akhirnya usaha yang saya rintis ini tak berumur panjang.

Kembali saya mengubur mimpi punya bisnis online saat itu dan memutuskan untuk menjadi freelance fotografer, setiap kesalahannya saya catat dengan seksama dan masih ada hingga saat ini sebagai bekal dan pelajaran ketika saya memilih untuk bangkit lagi, saya tak akan membiarkan apapun menumbangkan saya lagi.

Jadi setidaknya ada beberapa hal yang harus dipelajari, agar bisnis online saya dan Mamah nantinya bisa berjalan lancar. Saya menjadi potret yang berhasil produktif bekerja tanpa meninggalkan keluarga. Saya tak ingin iioo punya potongan kenangan yang sama dengan saya tentunya.

2018, saya tak ingin seperti Mamah. Dan untuk itu saya perlu usaha ekstra, artinya saya harus belajar ekstra lebih dari yang Mamah saya lakukan, lebih dari yang orang lain kerjakan.

Saya memutuskan untuk mempelajari dunia digital, khsususnya digital marketing karena pekerjaan ini fit untuk saya yang ibu rumah tangga dan berusaha tak meninggalkan keluarga. Lagipula sembari merintis bisnis online, saya masih bisa bekerja sebagai tenaga digital marketing yang saat ini banyak dibutuhkan yang punya waktunya fleksibel bahkan bisa dikerjakan di rumah.

Kursus Digital Marketing

Kursus Digital Marketing di DUMET School

Kesalahan utama saya dahulu adalah mengerjakan sesuatu tanpa tau itu benar atau tidak atau efektif atau tidak. Padahal di belantara online tentu banyak hal yang harus dipelajari agar pemasaran yang kita lakukan bisa efektif, maka kursus digital marketing adalah langkah awal yang harus saya ambil.

Percuma rasanya kalau produk yang saya dan Mamah hasilkan bagus tapi tidak ada audience yang melihatnya. Kursus Digital Marketing yang ingin saya ambil sebisa mungkin harus lengkap biar tidak setengah – setengah dan mendukung pemasaran produk Jahitan Mama nantinya.

Menemukan tempat kursus digital marketing ini gampang – gampang susah, saya pastikan dulu yang utamanya adalah soal waktu, karena sebisa mungkin saya tak mau meninggalkan iioo kecuali urgent jadi sebisa mungkin kursus tersebut harus memiliki waktu yang fleksibel.

Dan tentu saja saya butuh akses belajar yang tidak dibatasi artinya saya bisa mengulang materi dan bisa berkonsultasi, syukur – syukur kalau bisa dapat sertifikat yang legal jikalau suatu hari diperlukan. Well, ternyata ada dong yang punya itu semua, yap it’s DUMET School 

Di DUMET School ini kita bisa memilih jenis kursus apa yang diinginkan. Mulai dari Web Master, Web Programing, Digital Marketing hingga Graphic Design. Yang semuanya mendukung untuk bisnis online, dan pekerjaan lainnya yang bisa mewujudkan cita – cita saya mampu berpenghasilan dari rumah, sepertinya setelah kursus digital marketing terkuasai saya harus mengambil kursus graphic design yang pastinya berguna untuk passion ngeblog.

Pilihan bidang kursus yang ada di DUMET School

Mengapa DUMET School ?

 

Yang saya cari ada di sini, waktu yang fleksibel hingga akses sepuasnya ke kelas bahkan gratis konsultasi seumur hidup yang tentu membantu ibu – ibu macem saya untuk mengulas dan mengulang jikalau kemudian ada hal yang tertinggal. Hal lainnya tentang Kursus Digital Marketing di DUMETSchool adalah fasilitas konsultasi secara gratis seumur hidup.

Dumet School
Belajar digital marketing di Dumet School ini kelebihannya

Soal kursus digital marketing inipun DUMET School ini sudah jadi pilihan tepat mengingat benefit yang ditawarkan banyak, karena akan diberikan materi yang detail hingga mengenai SEO dan social media ads yang hal tersebut sudah ada dalam perencanaan untuk meniti kesuksesan bisnis online yang nanti saya tapaki, karena mau tidak mau media sosial punya peranan penting pada bisnis online.

Saya menceritakan ini pada Mamah, sambil mengingat bagaimana dulu kehidupan menggulirkan kami sekeluarga pada banyak kejadian. Setidaknya dalam kacamata Mamah, saya sudah punya kehidupan yang lebih baik dan mampu menjawab pertanyaan saya sendiri dulu ” Tak ada kah pekerjaan yang bisa dilakukan sambil di rumah ? ” dengan lantang saya akan berkata : ” Ya ada, dan banyak

Dan untuk itu kita perlu skill lebih, belajar aja dulu di DUMET School. Kalian bisa melihat situs dari DUMET School di www.dumetschool.com, untuk mendapatkan informasi lebih lengkap seperti harga paket kursus dan informasi lainnya.

12 thoughts on “2018, Saya Tak Ingin Seperti Mamah

  1. semoga sukses ya mba toko onlinenya, sekarang memang jamannya serba online. Sayapun termasuk yang suka belanja online mulai dari baju sampai produk MPASI jadi peluangnya bagus sekali 🙂

  2. Wow ceritanya keren. Pengalaman hidup yang berharga sekali.

    Baru tahu loh soal Dumet. Jadi pengen langsung ke TKP.

  3. Mba Yasintha, selamat ya tulisannya juara. Aku jadi terharu membaca perjuangan Mamah dan Bapak yang berjuang demi anak-anaknya. Semoga dibalas pahala
    Orangtua pasti bangga dengan apa yang sudah mba Yasintha berikan selama ini. Aamin

  4. Haiiiiii Mbak Yasinta, tulisan ini yang jadi pemenang yaa. Memang keren semangatnyaa euuuuy 👍
    Pintar jahit, pintar motret, pintar nulis Haduuuuh diborong semua euuuy. Kece!!!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *