Nostalgia di Warung Pasta

blogger bandung yang membahas tentang travel dan teknologi

Yasinyasintha.com – Makanan dan tempat adalah hal yang paling dekat dengan ingatan. Melihat sebuah tempat atau menyantap beberapa makanan kerap kali membawa pikiran mengembara kembali ke cakrawala masa lalu, barangkali itu yang terjadi pada saya ketika datang kembali ke Warung Pasta Bandung, kawasan Ganesa yang teduh di hati sekaligus bikin nyelekit, kembali ke sana bersama Papi juga anak-anak dalam rangka makan malam sekaligus nostalgia.

Warung Pasta dan Cerita Belasan Tahun Silam

bandung menyimpan cerita tersendiri bagi siapa saja yang pernah ke sini

Makan malam hari itu istimewa, Warung Pasta adalah tempat makan sekaligus hang out anak muda gaul pada masa itu. Pada masanya, seperti ada hukum wajib tak tertulis untuk membawa gebetan ke sana, saya masih ingat datang ke sana dengan mengenakan kemeja bunga-bunga pink dengan rambut sebahu lurus yang dibiarkan tergerai, dan si sayangku (saat itu saya dan Papi masih pacaran hehe) setia dengan polo shirt birunya. Warung Pasta adalah kafe yang tak pernah sepi. Begitu datang, kami disambut untuk segera duduk. Saya degdegan kala itu, paham sekali dengan dompet anak mahasiswa sementara saya pribadi adalah pekerja yang jauh dari orang tua dengan gaji pas-pas an.

Menerima buku menu tebal, kami memilih menu bukan dari namanya namun dari harganya, jadi mata tertuju pada deretan angka di sebelah kanan buku menu. Meskipun saya tau kalau doi pasti punya uang untuk mengajak saya makan di tempat ini, namun saya boleh berbangga hati sampai kini bahwa saya adalah orang yang tau diri untuk membaca situasi, maka standar saja pesanan saya saat itu.

Pastanya berupa spaghetti, dengan minum es lemon tea. Doi sepertinya punya rasa melihat gelagat saya, tak lama kemudian sambil bisik-bisik dia berkata “Suatu hari nanti, kamu boleh pesan apa aja yang kamu mau. Aku paling senang melihat kamu makan” saya malu-malu menyantap spaghetti itu, auto pake manner makan di hadapan sang pacar padahal maunya sih mangap lebar-lebar.

Disclaimer : tulisan ini akan lebih banyak curhatnya ketimbang review makanan atau pun restonya. Karena menulis sesuka hati adalah previlege tersendiri. 

Nostalgia di Warung Pasta, Dari Berdua Lalu Berkeluarga

cerita di warung pasta

Bulan September lalu saya menghadiri acara Blogger Bandung yang digelar oleh brand laptop ternama, ASUS. Kaget sendiri karena ternyata tepat di sebrang tempat acara tersebut adalah Warung Pasta, ketika pulang saya perhatikan lekat-lekat sambil di kepala saya terputar kenangan masa muda bersama doi, “Pih, ternyata Warung Pasta masih ada lho. Kapan-kapan ke sana yuk” begitu kata saya setelah pulang ke rumah dan mulai bercerita tentang serunya hari berjalan di sabtu itu. Disambut dengan semangat, emang kalau urusan makan di luar, doi itu semangatnya tiada dua, hehe.

Tidak sengaja, di sebuah sore selepas merampungkan urusan. Kami kemudian memutuskan untuk mencari makan, mumpung malam minggu maka tak apa ga makan nasi juga, toh besok libur tak sekolah, begitulah kebiasaan kami. “Mau makan spaghetti” kata Yaya, disusul oleh Vio yang juga “IYAA IYAA ITUUU” haha. Seketika kami punya pikiran sama ke Warung Pasta aja.

review warung pasta salah satu tempat makan pasta favorit sejak dulu adalah warung pasta, berikut reviewnya

Saya lupa bagaimana dulu bentuk gedungnya, tapi arah masuknya yang dari samping masih sama rasanya. Tata letaknya berubah dengan suasana lebih bright jika dibandingkan dengan apa yang saya ingat terakhir kali. Tak ada foto kala itu, tak pula saya tuliskan. Maka ingatan saya agak sedikit kabur tentang bagaimana ruangannya. Dan sudah betul kini saya menuliskan cerita ini sebagai cara saya mengingat dengan lebih baik.

Menu disodorkan, kali ini lekat-lekat saya pandangi buku menu itu. Kami memilihnya dari sisi kiri sedikit lebih percaya diri pada isi kantong, melihat dengan seksama apa namanya dan apa penjelasannya. Harga urusan belakangan, alhamdulilah sampai juga di titik ini, batin saya berbisik. Siapa bilang uang tak bisa beli kebahagiaan, hehe karena nyatanya adanya keleluasaan uang sama dengan hadirnya keleluasaan pilihan.

Kami memesan satu menu untuk masing-masing, air putih di sini diberikan secara free, cool! Dan ini nilai tambah tersendiri, belum lagi pelayanannya yang super ramah. Ruangannya kami pilih yang dekat dengan area outdoor, agar anak-anak bisa sesekali jalan melihat keluar.

menu makanan di warung pasta

Lasagna Soup adalah menu yang saya pilih, belum pernah coba sebelumnya dan rasanya, waaah! Enak sekali. Seperti menemukan comfort food baru, ada lelehan keju yang menarik perhatian Vira dan Vio untuk mendekat dan merengek mencoba. Semua yang kami pesan, alhamdulilah nikmat luar biasa.

memesan lasagna soup di warung pasta
lasagna soup
menu warugn pasta di bandung
Katsu Beef Pasta – Warung Pasta

“Mami, mau pesan apa lagi? Papi senang lihat Mami banyak makan” begitu suara itu terdengar di tengah saya yang sedang menyedot sisa minuman. Hati saya seketika terasa hangat, kalimat yang Papi lontarkan sama persis dengan apa yang pernah saya dengar belasan tahun silam, dan di hari-hari kebanyakan. Bedanya, di tempat inilah persis dulu saya mendengar kalimat serupa dari orang yang sama. Bedanya dulu saya kurus sekali dan kini setelah belasan kilogram kemudian, dia masih melontarkan kalimat yang sama. Kali ini, bukan basa-basi, bisik-bisik belasan tahun silam sudah terpenuhi.

Tiga ratus lima puluh ribu untuk makan malam plus nostalgia, untuk makanan makan berempat bersama keluarga, untuk makanan enak dengan suasana yang juga enak. Sungguh worth untuk dicoba, apalagi jika teman-teman pembaca punya kenangan tersendiri di sana. Mengunjunginya lagi pasti akan terasa berbeda.

Salmon Cream Cheese, Snow Ball, Katsu Beef Pasta, Smoke Gets in Your Tongue (pizza) dan Lasagna Soup. Itu adalah makanan yang kami pesan di sana, porsinya pas dan disajikan dengan cantik. Setelahnya kami semua pulang dengan bahagia, Alhamdulilah. Kasih sayang Allah begitu nyata.

review makan di warung pasta bandung

Sambil menulis ini, saya sambil memikirkan menulis kebersamaan dan cerita lainnya di sini, demi menjadikannya istimewa dan memperjelas saat kenangannya mulai kabur diganti dengan kejadian dan kenangan yang baru. Dan mungkin saja suatu hari, tulisan ini akan dibaca oleh Vio dan Vira, dan mereka merasakan nostalgia.

yasinta astuti adalah seorang blogger dan fotografer asal bandung yang memiliki blog yasinyasintha.com

 

 

 

One thought on “Nostalgia di Warung Pasta

  1. Mbaaaa aku JD kangen juga makan di sana 😄😄. Warung pasta di Deket rumahku Rawamangun juga ada. Dan aku pun udh lamaaaaaa banget makan trakhir di situ. Sampe ga inget kapan.

    Dan memang di masanya dulu rasanya lumayan sih yaaa, juga murah 😄👍.

    Aku sering lewat di warung pasta ini, tapi sejak ada anak, kayaknya ga pernah makan lagi. Jadi kepengen ih ajakin mereka makan di sana juga. Apalagi anak2ku sbnrnya suka banget Ama pasta.

    Kalo liat foto di atas, lebih BGS warung pasta di tempat yg mba visit drpd yg Rawamangun. LBH kecil kalo Rawamangun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *