2025 dan Anak Bungsu yang Kini Masuk SD

cerita anak masuk sekolah SD

Yasinyasintha.com – Seketika rumah terasa lengang di pagi hari, dengan cucian piring dan wajan sisa sarapan dan masak subuh menumpuk. Tidak ada celotehan di dalam rumah begitu lambaian tangan dan gerbang yang kemudian ditutup. Di dapur, aku menghela napas panjang. Jelas sekali sang waktu menumbuhkan bayi-bayiku dan menjadikan si bungsu jadi anak kecil, dan mengantarkan si sulung di fase menuju remaja. Sedang aku dan Papi, tetap dan akan selalu menjadi orang tua yang tentu saja sesuai namanya, bertambah tua (tapi insyaallah asik layaknya anak muda, haha).

2025 dan Anak Bungsu yang Kini SD

cerita anak masuk sekolah SD

Menulis ini sebagai memoar untuk dibaca di lain waktu. 2025 ini tahun istimewa, dari setahun yang lalu dibayangkan bagaimana anak perempuanku akan menjadi siswi SD, bagiku dia adalah bayi ukuran besar saja, masih gemar ku uyel-uyel. Maka saat ini terjadi, terasa magis dan beda dari bayanganku. Jika kubayangkan anak kami, Vira akan menangis ketika sekolah maka aku salah besar ternyata. Dia begitu senang kendati belum memiliki teman, bahkan tak sabar ingin segera esok agar kembali ke sekolah di pagi hari katanya.

Entahlah, perasaanku campur aduk. Senang dan bahagia berarti pilihan kami menyekolahkan Vira di sana adalah pilihan yang tepat, ada rasa sedih dan haru juga di sana “ahh iya… Anakku sudah tumbuh, dia bukan bayi yang selalu akan melekat pada ibunya. Dia sudah tumbuh” beberapa detik kemudian ada rasa kerdil yang menyeruak, ku terima dan nikmati segala rasa yang singgah. 7 tahun usianya, sudah sewajarnya genggaman itu pelan-pelan tak seerat dulu.

Euforia pada Vira memang terasa beda, mungkin karena ia hadir setahun kemudian setelah kami keguguran, terasa seperti penghiburan yang Allah kirimkan langsung untuk kami sekeluarga. Belum lagi sering bicara dan membayangakan dengan papi bagaimana Vira satu sekolah dengan Vio.

Lantas pada masa mas Vio SD, masa masuk sekolah terasa agak hambar karena tidak dilakukan secara offline, hampir setiap hari perkenalan dengan guru adalah lewat daring. Juga karena saat itu, saya punya kesibukan berupa pekerjaan yang menggunung serta Vira yang masih balita, jadi maaf ya mas Vio kalau mami tidak se-excited itu dulu (incase mas Vio baca tulisan mami yang ini).

2025, tahun ajaran baru yang benar-benar terasa baru bagiku. Kami pilihkan Vira untuk satu sekolah dengan Vio, selain memudahkan urusan antar jemput dan adaptasi. Aku dan Papi merasa ini pilihan terbaik untuk Vira juga dengan merefleksi apa yang sudah Vio lalui di sana. Guru-guru yang komunikatif, fasilitas sekolah yang baik, mengedepankan adab, belajar agama dengan ahlinya, belajar teknologi dan banyak kegiatan seru.

2025, Anak Sekolah dan Rumah yang Sepi

Baru seminggu Vira sekolah, dan kurasa satu-satunya yang harus banyak beradaptasi adalah aku. Dengan rumah yang sepi lebih lama dari biasanya, memasak bekal lebih banyak dari biasanya, bolak-balik sekolah lebih banyak dari biasanya, bawaan pulang lebih rempong dari biasanya, persiapan setiap akhir minggu yang lebih panjang dari biasanya, grup WA yang butuh perhatian lebih dari biasanya dan tentu saja ceklis biaya yang lebih besar dari sebelumnya.

“Gapapa.. Bisa Yuk.. Bismillah…” Sering ku gumamkan itu setiap merasa kecapean atau perasaan atau pikiran yang tak seharusnya mampir. Sering aku maknai bahwa kini aku dan Papi sedang mempersiapkan jalan untuk anak-anak tapaki, aku dan papi yang ada di garda terdepan tentu harus kuat. Ku yakin sebenarnya Papi sebagai suami dan orang tua merasakan hal yang sama, bedanya tidak diungkapkan seperti yang ku lakukan, sabar dan semangat ya Papi. Kita sedang membangun jalan untuk ditapaki anak-anak (incase Papi juga baca tulisan ini hihi)

Aku bersyukur di titik ini ada beberapa kegiatan yang bisa kulakukan di rumah, beberapa pekerjaan pun masih ada meski tidak sebanyak dulu. Dikuatkan dan disemangati oleh Papi, bahwa dengan Vira yang kini sekolah full day, aku pun punya banyak waktu untuk menulis, me time dan melakukan yang aku suka. Aku masih bingung sebenarnya, tapi kusyukuri hal ini, terlebih sekarang ada studio di rumah (mungkin ini akan ku tulis terpisah saja ya sekalian promosi #eh).

Bagaimana ini, tulisan yang tadinya akan bercerita mengenai persiapan SD malah berubah menjadi curhat haha. Persiapan SD sih kurasa standar saja, para orang tua tentu sibuk tiba-tiba dengan banyak hal, semuanya sedang berusaha dan beradaptasi. Beda-beda tipis situasi dan kondisinya saja. Maka ku sematkan doa di akhir ini sebagai penutup tulisan ini.

Semoga kita sehat selalu jiwa raga. Fisik, mental, spiritual dan finansial untuk membersamai anak-anak dalam perjalanan pendidikannya. Semoga dikuatkan kaki, hati, pikiran dan jiwa kita dalam menyiapkan jalan-jalan yang akan ditapaki anak-anak untuk kehidupan yang lebih baik dari yang pernah dijalani orang tuanya. Aamiin.

Jumat, hari terakhir MPLS sekolah Vira.
18 Juli 2025 (sebelum jemput sekolah)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *