Hajar Selimut Polusi, Demi Selamatkan Bumi

Yasinyasintha.com“Bandung tak sedingin dulu” begitu kata seorang teman yang mengunjungi kota Bandung untuk ke sekian kalinya, kami duduk di sebuah kafe di kawasan Padasuka Atas di malam hari. Dulu, jam 9 malam di sini 2 jaket saja saya masih menggigil, hot lemon tea yang dipesan kurang dari setengah jam bisa jadi benar-benar dingin, kini saya menggunakan kaos lengan panjang biasa, dan minuman kami tetap hangat meski dibiarkan tanpa tutup gelas. Benar, udara semakin panas.

Dan bintang-bintangnya, kemana mereka? Ahh iya, apakah bintang-bintang itu pergi juga kini? Tidak, mereka tidak pergi, tetap di sana apalagi di hari cerah seperti ini. Mereka tertutupi #SelimutPolusi yang sayangnya data dan beritanya tak seheboh aksi viral atau berita artis kontroversial. Padahal,  jika tak buru-buru disadari ini adalah bencana global. Yang pelaku dan korbannya adalah kita juga, penduduk bumi.

Oh Bumi, Kenapa Engkau Berubah?

bumi tak baik-baik saja akibat selimut polusi
Selimut polusi dan perubahan iklim di bumi yang mengakibatkan perubahan iklim. Mulai jadi #mudamudiBumi kita hajar Selimut Polusi

Bumi, berapa usianya? Dan berapa lama planet yang kita huni ini akan bertahan? Jangan-jangan, terlepas dari konteks kiamat menurut agama, jangan-jangan kita menciptakan kiamat itu sendiri. Mari sering-sering menengadah ke langit di hari cerah, bagaimana tampaknya langit di sana? Saya yakin tak sebiru dulu. Kita berada di langit yang sama, jika masih biru bersih. Bersyukurlah dan lanjutkan hidup sebaik mungkin, tetaplah baik pada bumi kita. Ia membutuhkannya.

Gembar gembor percepatan ekonomi, pesatnya teknologi dan bertumbuhnya industri sebanding dengan banyaknya polusi yang juga membuat bumi sakit. Dilansir dari website Kementrian Lingkungan hidup, kendaraan bermotor menyebabkan pencemaran udara sebesar 70% di wilayah perkotaan. Dan kendaraan darat adalah penghasil emisi paling banyak karena adanya pembakaran bahan bakar minyak bumi seperti bensin, mirisnya angka ini diprediksikan akan semakin meningkat karena trend memiliki kendaraan, juga bepergian dengan pesawat dan kapal, duh!

Harusnya kita tak lagi bertanya, “Kok sekarang cuaca berubah-ubah? Bentar-bentar panas, bentar-bentar hujan besar lalu banjir” mari buka mata dan kesadaran. Bumi berubah, sementara kita tidak. Hutan-hutan ditebang menjadi resort dan pemukiman, sungguh terlalu jika kita masih bertanya mengapa banyak bencana terjadi.

Dampak Selimut Polusi

dampak selimut polusi bagi dunia

Dilansir dari laman indonesia.un.org yang mengatakan bahwa, dekade 2011-2020 adalah dekade terpanas yang pernah tercatat, sejak 1980-an setiap dekade menjadi lebih panas dari sebelumnya. Kebakaran hutan lebih mudah terjadi, lebih cepat menyebar. Suhu di artktik telah meningkat setidaknya dua kali lipat lebih cepat dibandingkan rata-rata global.

Jika masih kurang, ini saya tambahkan dari laman yang sama. Dunia kehilangan 1.000 spesies kali lebih cepat dibanding sebelumnya dalam sejarah manusia. Satu juta spesies terancam punah dalam beberapa dekade mendatang, perubahan iklim begitu mengancam selain cuaca ektrem, kebakaran hutan, serta hama dan penyakit invasif.

Bergidik ngeri saya membacanya. Selimut polusi membuat bumi semakin panas dan menyebabkan perubahan iklim.

Tak berani saya membayangkan dampak perubahan iklim lebih lanjut pada manusia, sekarang saja kita merasakannya kok. Udara lebih panas, cuaca ekstrem terjadi, bencana seperti banjir lebih besar dan sering terjadi, yang terakhir adalah banjir Bogor yang menelan korban mahasiswi  yang terseret hampir 30 km jauhnya dari titik disebutkan ia terseret banjir menurut Kompas TV. Tak hanya itu, korban lain akibat terseret banjir terus bertambah.

Hutan, Tempat kehidupan dan Harapan Tumbuh

hutan menjadi harapan kita untuk dapat menyembuhkan bumi

Mari jalan ke hutan, walau tak sebanyak dulu. Walau udaranya memang tak se-adem dulu, tapi barangkali kita bisa menyadari bahwa hutan adalah satu-satunya harapan kita agar bumi sembuh. Hutan adalah tempat kehidupan dan harapan akan bumi yang lebih baik untuk dihuni bisa tumbuh.

Barangkali dengan begitu kita bisa tergugah melakukan aksi kecil menjaga bumi, sebagai #TeamUpForImpact #UntukBumiku.

Barangkali juga kita harus lebih sering membaca berita tentang alam atau menonton National Geographic yang mungkin bisa menggugah kecintaan kita terhadap bumi dan alam. Dimana kita melihat hutan masih begitu rindangnya, laut begitu indahnya. Meski kenyatan kondisinya tak seindah di film, setidaknya itu dapat membuat kita lebih sadar, kita tak hidup untuk diri sendiri dan hanya untuk hari ini, melainkan ada banyak kehidupan yang bergantung pada bumi dan bumi adalah tempat tinggal kita dan generasi-generasi setelahnya, sebagaimana kita tinggal di bumi ini yang merupakan tempat tinggal dari orang-orang sebelum kita.

Dan tentu kita ingin mewariskan bumi sebagai tempat tinggal yang nyaman juga aman.

Hutan Kita, Harapan Kita

hajar selimut polusi dengan lestarinya hutan kita
Suatu hari saat saya pergi ke hutan, its my happy place

Dan hutan adalah jawabannya, hutan adalah paru-paru bumi. Dimana banyak flora dan fauna dengan berbagai jenis dapat tumbuh. Dan hutan adalah jawaban tepat untuk perubahan iklim yang kini tengah terjadi. Hutan memantulkan kembali sinar matahari keluar dari atmoster, membantu transformasi air menjadi uap sehingga atmosfer kita dapat lembap, dan kita sendiri dapat merasakan udara yang lebih baik, lebih sejuk malah.

Coba saja duduk di bawah pohon rindang, main ke hutan. Teduhnya bukan hanya karena sinar matahari yang tertutupi dedaunannya saja, tapi udara sekitar pohon segitu nikmatnya memang. Inhale, exhale. Nature is the best place.

Hutan membantu menstabilkan iklim dengan siklus karbon, mengurangi #SelimutPolusi dan dapat memperlambat global warming dengan menyerap gas rumah kaca. Idealnya, bertambahnya polusi dibarengi dengan semakin lestarinya hutan agar bumi terjaga kelestariannya.

#UntukmuBumiku Ini Komitmenku

cari tau dampak selimut polusi dan apa yang bisa kita lakukan dalam rangka mencintai bumi

Di satu waktu kita melihat bencana kekeringan, di waktu yang lain bencana banjir melanda. Sungguh sebuah ironi yang berjalan terus menerus, terulang kembali dengan frekuensi semakin sering dengan efek yang semakin besar. Ayo buka mata #MudaMudiBumi, bangun dan bergerak. Bumi membutuhkan kita, aksi kita bisa jadi kecil tapi jangan menyerah untuk menjadi #TeamUpForImpact yang berkomitmen menjaga bumi dengan aksi kecil nan menginspirasi dan secara terus menerus dilakukan dan ditularkan ke orang sekitar.

Andai saja saya bisa membuat kebijakan membantu bumi. Saya gaungkan betapa langkah – langkah kecil bisa membawa dampak besar jika terus menerus dilakukan dan ditularkan. Kebijakan saya sederhana saja kok, mudah dan aplikatif.

  • Mewajibkan semua orang botol minum sendiri, guna mengurangi penggunaan botol plastik.
  • Mengenalkan sedari dini anak-anak ke lingkungan alam dan banyak beraktivitas di luar ruangan
  • Mengurangi penggunaan plastik
  • Memaksimalkan penggunaan angkutan umum, atau berangkat kerja/sekolah menggunakan sepeda.
  • Menyiapkan terminal/ stasiun yang nyaman dan aman serta ramah keluarga
  • Perusahaan besar dapat menyediakan antar jemput karyawan.
  • Meningkatkan kesadaran pentingnya menghemat energi; listrik, air dan gas
  • Dukungan penuh pada usaha-usaha yang ramah lingkungan, baik dari segi kemasan hingga produknya itu sendiri
  • Mewajibkan setiap rumah memiliki pohon, atau setidaknya ruang hijau yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi tempat tinggal

Standar saja, tapi bayangkan jika semua ini dilakukan dengan penuh kesadaran. Bumi ini sudah berubah, masa kita masih saja bertingkah. Bumi ini sudah memberikan kode, masa kita tak kunjung mendapat ide. Ide untuk berubah demi bumi yang lebih baik untuk kita tinggali dan kita tinggalkan nanti.

Semoga dengan menuliskan ini dapat menjadi informasi sekaligus inspirasi kepada teman-teman dalam langkah mencintai bumi. Jika bumi tak lestari, lantas dimana kita akan tinggal?

Sadarilah, Bumi membutuhkan kita. Sebanyak kita membutuhkannya.

yasinta astuti adalah seorang blogger dan fotografer asal bandung yang memiliki blog yasinyasintha.com

 

 

 

 

 

 

 

 

2 thoughts on “Hajar Selimut Polusi, Demi Selamatkan Bumi

  1. Kadang manusia itu harus kena akibatnya dulu baru sadar. 😣. Aku juga serem mba kalo udh baca ttg banjir besar di mana2. Korsel baru2 ini banjir , daerah elit pula. Trus, KL bbrp waktu lalu juga banjir tinggi di daerah perumahan mahal. Dari situ aja seharusnya pihak terkait dan kita juga sadar kalo ada yg ga benar selama ini. Pembangunan terlalu massive, ga mau peduli Ama dampak hutan yg ditebang :(.

    At least skr ini, Krn ga bisa ngarepin semua orang bakal berubah dan sadar, dari diri sendiri dululah. Dan pastinya ngajarin anak2 mumpung masih muda utk tahu bahayanya kalo ga peduli dengan hutan lingkungan

    1. iya suka degdegan aku mbak, di aku sih aman banjir, tapi takut longsor karena aku di gunung nih mbak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *