Literasi Digital Bagi Para Emak

katanya literasi digital indonesia rendah, ini peran yang bisa dilakukan para emak

Yasinyasintha.com – Hari ini kita menjadi saksi dan bagian dari sejarah kebenaran bahwa menjadi Ibu memanglah tak mudah. Pandemi mengharuskan anak-anak sekolah di rumah, sebagai gantinya, sang Emak yang sudah cukup sibuk, merangkap jadi guru, berdamai dengan emosi dan mau ga mau memahami serba serbi teknologi, menjadi bagian dari digital yang tadinya dianggap hanya untuk kaum milenial. Lalu bagaimana literasi digital bagi para emak ?

Emak dan Teknologi

emak sering dikaitkan dengan gaptek padahal tidak juga karena kita bisa ambil bagian pada literasi digital masa kini
Emak dan Teknologi

Beruntung saya berada di lingkungan melek digital, karena masih banyak Emak lain yang ketar ketir pas sekolah online diberlakukan. Tak jauh – jauh, kakak saya sendiri yang sampai jauh-jauh ke rumah saya demi belajar mengenai Google Class Room, tentang bikin tugas anak-anak, belum harus mengumpulkan tugas desain, makalah dan membuat video.

Itu baru teteh saya, nyatanya di lingkaran sekolah anak saya yang baru TKB pun sama, ada beberapa Emak yang bahkan baru kali pertama menggunakan WA karena kadung nyaman dengan metoda telepon sebatas SMS dan telepon saja, hari itu ia dipaksa melek. Mudah? Tentu tidak Marimar, karena usai rapat orang tua sering kali ia menanyakan bagaimana pengoperasian gawai pintarnya, yah namanya keluar dari zona nyaman, tak pernah mudah.

Jadi apa itu literasi digital? Mengutip dari Kominfo, begini katanya:

Literasi digital adalah pengetahuan dan keterampilan dalam bidang tertentu. Jadi, pengertian literasi digital adalah kemampuan dan wawasan seseorang dalam aspek pemanfaatan teknologi digital, alat komunikasi, membuat dan mengevaluasi informasi dengan sehat dan cermat serta patuh kepada hukum dalam kehidupan.

Pemanfaatan teknologi ini pun harus berbanding lurus dengan rasa tanggung jawab ya, contoh kecilnya saat kita memutuskan menjadi bagian dari literasi digital di sosial media, membuat konten, menyebarkannya dan bertanggung jawab penuh pada sesuatu yang kita buat tersebut.

Jadi penikmat literasi digital? Sama besar tanggung jawabnya. Karena kita harus mengolah kembali informasi yang didapat, terlebih jika ingin menyebarkannya. Itu sebabnya, seruan “saring sebelum sharing” selalu digaungkan. Bagi Emak kaya saya, arus teknologi dan digital tak bisa dibendung, lha wong anak 2,5 tahun udah pandai membuka YouTube dan memilih tontonannya, tugas Emak kian bertambah, ” lantas bagaimana cara membangun literasi digital mulai dari rumah?”.

Membangun Literasi Digital Mulai dari Keluarga

bermula dari keluarga, meningkatkan literasi digital bisa dimulai dari keluarga
Literasi Digital dari Keluarga

Jangan mau lagi gaptek, dan mari tidak menjadikan akronim gaptek menjadi alasan keteledoran orang tua dalam mengontrol arus digital dari rumah. Pandemi ini sedikit banyak menyadarkan, peran orang tua tak bisa begitu saja diserahkan pada sekolah, orang tua tetap bertanggung jawab penuh pada perkembangan anak. Sesederhana : mampukah kita, sebagai emak mengontrol penggunaan ponsel pintar pada anak? Mengertikah kita Mengenai bagaimana cara membatasi selancar internet untuk anak?

Dan kali ini saya punya sedikit tips ala saya dalam membangun literasi digital di keluarga bagi para emak.

Meningkatkan Pengetahuan Teknologi dan Digital

Emaknya harus melek literasi digital duluan, kenapa Emak? Saya asumsikan para Emak lebih banyak berkomunikasi dengan anak-anak. Dan itu menjadi alasan kuat mengapa Emaknya harus meningkatkan pengetahuan seputar teknologi dan digital. Kalau tidak, bagaimana bisa menuntun kalau ternyata sebagai orang tua pun masih kurang paham.

Children follow your example, instead your advice. Ya ini memang betul, kita nyuruh lalu tapi tak bisa memberikan contoh. Bagaimana anak-anak akan mengikuti ya kan ? Saya dan suami sepakat, selain memantau aktivitas internet anak, pelan tapi pasti kami memberitahu kenapa tidak boleh melihat ini itu. Alasan kenapa dia harus skip video dengan cover yang tidak senonoh atau menyiratkan kekerasan, dan dengan pengertian, proses dan waktu akhirnya anak memahami kenapa ia tak usahmenonton tayangan seperti ini.

Di belakang, saya dan Papi membatasi juga laman-laman di Internet yang memiliki efek negatif. Bahkan kemudian membeli aplikasi untuk pembatasab durasi beberapa apps tertentu jika saya dan Papi sedang tak di rumah dan si sulung diam-diam menonton Youtube. Arus teknologi memang tak bisa dibendung, tapi kita bisa mengendalikan agar anak-anak tak sampai terjun terbawa arus.

Mengaktifkan Parental Controls Pada Ponsel Pintar

smartphone yang digunakan oleh anak perlu dibatasi, salah satunya dengan menyalakan parental controls
Mengaktifkan Parental Controls di smartphone

Pada ponsel pintarpun sama, pembatasan Game dan aplikasi di Google Playstore bisa kita batasi. Sekalian dengan mengamankan Google Play kita juga sih ini. Caranya pun cukup mudah:

  • Masuk Google Playstore
  • Di bagian kiri atas, klik garis tiga dan masuk setting
  • Di bagian User Controls – Pilih Parental Control dan aktifkan ON
  • Klik juga di bagian Apps & Games dan atur rated usia game dan apps yang diizinkan, klik save

Untuk mengamankan Googlle Play dalam hal pembayaran, kita bisa mengamankannya juga, ini penting terutama untuk yang punya anak kecil yang kadang asal pencet lalu bisa saja menjebol pulsa milik Emak. Caranya, masih dari setting tadi, di bagian bawah Parental Controls tadi, klik Required authentication for purchase lalu pilih For all purchases through Google Play on this device

Tentang mengamankan Google Play ini pernah saya buat juga kontennya di Instagram saya dan ternyata banyak Emak yang mengalami kejadian serupa dan kemudian menerapkan ini.

Meningkatkan Literasi Digital

Sebaran berita hoaks masih merajalela karena apa? Ya karena rendahnya minat baca di Indonesia. Banyak sekali yang sering terprovokasi dengan judul yang klik bait, atau cover sebuah berita yang men-trigger emosi. Inilah pentingnya literasi digital, sebelum pada anak-anak, kitalah sendiri yang harus mulai memilih dan memilah berita, meningkatkan literasi digital, melihat sumber lagi berita dan jika info tersebut adalah penting dan ingin kita bagikan, setidaknya cross check kembali. Jangan sampai orang tua jadi bagian dari tersebarnya berita hoaks.

Porsi 40:60

Ini 2 bulan belakangan saya lakukan. Porsi 70% pada teknologi dan 30% nya untuk digital dalam hal ini, internet. Dan alhamdulillah berhasil di keluarga saya pada io, anak pertama saya. Contohnya adalah, ia boleh mencari referensi video percobaan secara online di YouTube misalnya 30 menit-1 jam, ia boleh request apa yang dibutuhkan. kemudian seharian ia akan melakukan percobaan tersebut. 40% digital, 70% teknologi.

Menonton tutorial piano, lalu kemudian praktek mencobanya langsung. Menonton tutorial gambar lalu kemudian menggambar, menonton tentang sepeda dan mencobanya langsung. Pokoknya, saya berusaha agar ia tak tenggelam dalam aktivitas digital terlalu dalam, ada kehidupan nyata yang harus dijalani dan bisa lebih maksimal dengan bantuan digital dan teknologi

Terbaru, saya memberikan waktu ia menggunakan laptop saya 1 jam perhari, 10 menit ia menonton tutorial animasi. Internet off, lalu ia akan praktek membuat animasi di Power Point, takjub karena dia bisa melakukan dengan sumber gambar/file seadanya. Dan 2 hari yang lalu ia sudah bisa bikin semacam slide show dengan efek – efek di Power Point, cuma sumbernya pakai gambar seadanya tapi tetap saja, cukup mengesankan.

Konsep 60:40 pada literasi digital ini menurut saya jika dibreak down adalah tentang menemukan, menggunakan dan membuat sesuatu.

Jadi bagian dari Literasi Digital

Kenapa hanya jadi penikmat saja ketika mampu menjadi bagian dari literasi digital? Dengan kemajuan teknologi, bahkan kita bisa jadi bagian dari literasi digital dari genggaman sendiri, misalnya mulai dari media sosial yang kita miliki terlebih dahulu. Kuncinya adalah tak berhenti belajar dan upgrade diri, saya berusaha menjadi bagian dari literasi digital masa kini dari hal kecil dengan menuliskan hal-hal yang memiliki nilai positif di blog saya juga kanal sosial media saya.

Untuk di blog ini, saya sedang mengikuti KGB ( Kelas Growth Blogger ) materinya seputar blogger yang diharapkan bisa upgrade skill dalam hal menulis dan memaksimalkan peran literasi digital di masa kini. Semalam semua peserta mempelajari mengenai teknik menulis dan editing dari teh Gemaulani, bahwa menulis dengan kaidah EBI tetap harus dilakukan demi kenyamanan pembaca dan menggaungkan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Kesimpulan

ini kesimpulan dari blog yasinyasintha tentang literasi digital
Tentang Literasi Digital Bagi Para Emak

Saya percaya, jika orang-orang baik nan cerdik membuat dan membagikan isi konten literasi digital yang memiliki nilai positif maka dengan sendirinya tingkat literasi digital akan meningkat, banyak orang teredukasi, dan konten-konten negatif akan tenggelam dengan sendirinya.

Sudahkah kita mengambil peran literasi digital? Harus dong mak, sesederhana mengontrol apa yang di sekitar kita terlebih dahulu, bermula dari Emak sendiri dan keluarga tercinta. Semangat selalu yaa Mak.

yasinta astuti adalah seorang blogger dan fotografer asal bandung yang memiliki blog yasinyasintha.com

41 thoughts on “Literasi Digital Bagi Para Emak

  1. Benar-benar artikel yang saya cari. Karena bahkan anak saya yang paling kecil saja fasih banget Youtube-an. Perlu banget parent control.

  2. Ini bacaan bagus untuk Emak Jamanow nih. Beberapa tips di atas sepertinya akan coba di praktekan di rumah.

    Bukan waktunya untuk abai dengan alasan emak malas belajar hal baru.

  3. Pengalaman tetehnya kak Yasinta ini sama dengan pengalaman di lingkunganku, kak. Cuma yang ngalamin ini justru dari pihak gurunya. Waktu awal pandemi, sempat ada keribetan tersendiri karena gurunya belum terbiasa dengan teknologi. Sampai banyak orangtua murid yang ikut bingung karena khawatir anaknya ngga bisa belajar. Literasi digital begini emang penting banget buat semua orang kayanya ya, kak.

  4. Wah jadi seger nih baca artikel ini teh. Saya termasuk emak yang blm terlalu melek digital. Pas musim pandemi gini, ya mmg mau gk mau kudu belajar lah…Buat mendampingi anak blajar online kudu paham printilannya. Makasih teh dapat insight baru hbs baca artikel ini…

  5. Sepakat banget, penting banget pada emak tahu ini. Apalagi kita sebagai content creator perlu melebarkan literasi kebaikan ya… Salam semangat teh…..

  6. “Sudahkah kita mengambil peran literasi digital?”
    Pertanyaan reflektif yang membawa kesadaran pentingnya saya sebagai emak dua anak zaman now untuk lebih dulu paham mengenai literasi digital ini. Terima kasih buat sharingnya Teh Yashinta, khususnya porsi 40:60, inspiring! Salam buat Io ya, panggilannya sama kayak mbarepku.

  7. Akupun ngalamin mba pas Kevin awal-awal sekolah dari rumah. Bingung banget musti ngapain gitu. Mana gurunya udah pada sepuh dan banyakan gaptek huhuhu. Emang ya literasi digital itu harus dikampanyekan terus menerus, palagi buat para pendidik mak emak macam kita. Semangat mamak-mamak!

  8. Wah ditulis nih tetehnya gaptek, tapi bener gapapa da ta. Emang salah teteh juga abai sebelumnya, pas sekolah online riweuh jadinya. Untung ada bi tata yang bisa bantu tetehnya, si atur udah pengen main lagi ke sana cenah ta

  9. Sin, seneng deh baca tulisan kamu. Untungnya anak-anak saya sudah besar, jadi mereka bisa belajar sendiri dan udah tau mana yang tidak baik untuk dirinya juga

  10. Terobati rindu ney baca blog itha, tapi tulisannya berat banget tha ini mah haha. Salam rindu ya, dan salam emak jaman now yang harus belajar literasi digital

  11. yes mbak, literasi digital emang harus dimulai dari keluarga. Karena di keluarga lah anak-anak menghabiskan banyak waktunya. Dan menurut saya juga, anak-anak harus didampingi saat menggunakan media digital. itulah mengapa mereka harus melek literasi agar bisa menyaring info yang mereka dapat dari dunia maya

  12. Memang untuk melek literasi digital harus dimulai dari diri sendiri dan keluarga terlebih dahulu. Salut sama peraturan 60:40 nya. Anak jadi benar-benar terjaga internet sehatnya.

  13. Asik ada tutorial parental controls, bisa dicoba buat adikku juga nih suka pinjem hape, pernah kejadian juga tiba2 saldo berkurang, nuhun teh tipsnya

  14. Setuju teh. Menurut aku ortu itu harus melek teknologi. Karena di zaman now ini kita akan ktinggalan klo nggak ngikutin perkembangan zaman. Apalagi klo punya anak yang sekolah. Mau ga mau kudu melek. Sambil pelan-pelan kita edukasi diri dan anak kita tentang teknologi ini ya biar kita lebih banyak dapat manfaatnya dan anak-anak kita pun terlindungi ya.

  15. Waah, Io pinter sekali ya, masih kecil sudah bisa mengoperasikan power point. Ini mah hasil dari Mamahnya yang melek dengan literasi digital. Konsep 60 : 40 yang mantap, Teh. Perlu ditiru, nih 🙂

  16. Betul sekali, sebagai emak kita harus paham dengan literasi digital, ya. Jangan sampai malah anak-anak yang lebih pintar dan takutnya mereka terpengaruhi oleh konten yang tidak baik. Oleh karenanya sebagai orang tua harus bisa menguasai teknologi, selain mencegah pengaruh buruk juga bisa membantu anak dalam mengerjakan tugas di sekolah

  17. Wah keren rumus 60:40 nya bisa menjadi inspirasi bagi momi-momi lain, keren juga masih dini udah bermain power point semoga makin lama makin berkembangnya si kakak

  18. Emang ga zaman yas sekarang emak Pake alesan gaptek, pada jawabin tuh di grup sekolah anakku mah, makanya belajar juga biar ga gaptek. Lucu bin rusuh pokoknya haha

  19. Tulisan yang cakep banget. Memang di jaman sekarang, emak ga boleh gaptek. Karena sesungguhnya ga ada orang yang gaptek, cuma ga mau belajar aja. Thanks insight-nya ta

  20. Lengkap banget pembahasanya sampe mau komen satu-satu nih 😁

    Setuju semua mulai dari literasi digital, pembatasan social media dan kontrol termasuk gak telan mentah-mentah info di dunia maya. Penting semua apalagi kan memang zamannya udah begini ya.

    Makasih udah sharing KBM nya ya ta 😍 noted untuk semua ilmunya

  21. Saya tertarik dengan konsep 40:60 nya literasi digital tentang menemukan, menggunakan dan membuat sesuatu. Hm, ide keren ini..jadi setelah tahu konsep anak langsung praktek….jadi ga melulu ngadep gadget. Ulasan yang lengkap dan bisa jadi referensi para Emak.

  22. Wah, pengaturan buat anak yang keren banget porsinya mba. Patut di contoh dan dicoba nih oleh emak-emak yang lain. Biasanya, emak-emak mah langsung sodorin hape kalau anak rewel ya…

  23. Wah cara 40:60 eh 30:70 nya patut ditiru nih. Alhamdulillah berhasil ya teh di ia dan io. Kece kece nih kemampuan literasinya. Di era digital seperti sekarang ini memang kita gak bisa lepas dari teknologi dan digital ya teh. Pinter2 nya kita aja bagaimana memanfaatkan nya

  24. Bagi porsi main di dunia nyata dan cari ide di internet jadi inspirasi juga ta buat via, mau cobain ahh. Stres juga kok jadi ibu liat anak gadget terus

  25. Tingkat literasi digital dipengaruhi lingkungan juga sih ya, Yasinta.. Kalau lingkungannya bagus mah pasti lebih berhati-hati juga mengkonsumsi informasi

  26. Saya setuju dengan teh Yasinta yang menuliskan ini, sebagai motivasi juga agar masyarakat di luar terutama emak-emak lebih termotivasi belajar lagi, jangan jadikan kudet dan gaptek jadi alasan lagi

  27. Pokoknya dede mah setuju yas dengan ini, bikin juga dong tulisan tentang literasi digital buat emak pebisnis, keren jigana

  28. Bersyukur aku berada di lingkungan yang literasi digitalnya cukup tinggi, jadi bukan masalah menyebarkan paling pertama yang dilihat tapi udah bener belum informasi yang disebarkannya, kalau terbukti hoaks kan auto malu juga dan bisa jadi ilang dah respect orang ke kita

  29. Banyak yang terjebak pada informasi berdasarkan judul dan gambar karena orang visual mbak, atau tingkat kepercayaan mereka pada media/orang yang menerbitkan konten tinggi, jadinya yaudah share aja karena mikirnya mungkin isinya gakan jauh dari judul atau covernya

  30. Ilmu baru yg aku apatkan parental controlnya mba. Memang belum begitu butuh, krn dua anak saya belum punya gadget pribadi. Tp bakal aku cb nti kalo pd waktunya mrk sudah harus punya gadget pribadi.

  31. wah bener banget mbak. Ada memang orangtua yang masih gaptek, atau sebenarnya saat itu di tidak mau begitu repot dengan teknologi yang sangat menggiurkan itu. Walhasil ketika ada pembelajaran daring yang emnggunakan WA, Zoom, goggle meet, mereka gelagapan.

  32. Setuju emak zaman now hrs melek literasi digital krna anak2 mrka malah lebih jago soal menggunakan alat digital dibanding emaknya .cuma krna masih anak2 ya kurang paham nilai baik buruknya konten yg ada di kanal perangkat digital kyk medsos…nah disini deh peran emak2 memberi pengarahan seputar yg bersumber dari literasi digital

  33. Wah, terima kasih banyak atas referensi dan informasi terkait literasi digital. Walaupun sudah sering mengakses, tetapi literasi digital saya juga masih kurang nih. Patut untut dicoba dan diaplikasikan

  34. Emak-emak menurut saya sangat perlu melek literasi digital, lha wong semua sekarang serba internet. Semua informasi dari resep masakan, curhatan artis dan tips-tips rumah tangga ada semua.
    Apalagi bahasan parenting yang bermanfaat bagi pola mendidik anak. Selain itu, apabila diseriusi juga dapat nambah income bagi keluarga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *