Yasinyasintha.com – Pagi sekali, alih-alih memilih tidur setelah sahur saya memilih untuk ke teras dan membereskan plastik dan dus bekas belanjaan online yang baru datang kemarin. “ Mami kok ga dibuang ? “ kata io yang mengagetkan saya karena ternyata sudah bangun dan mengamati. “ Sini bantu, masukan yang itu ke tas yang ini “ kata saya sambil menunjukan. Anak-anak harus dibiasakan sejak dini, memilah sampah itu hal kecil dan penting dan bisa berdampak pada lingkungan.
Table of Content
Pandemi Corona dan PSBB, Turunnya Mobilitas Naiknya Modernitas

Berada di rumah saja nyatanya membuat saya dan ibu rumah tangga kebanyakan justru berpikir keras menekan biaya harian. Karena nyatanya di rumah saja tidak membuat kita lebih hemat, ya mungkin dari segi uang bensin berkurang karena jadi jarang sekali keluar. Sisanya, listrik makin manteng, gas dipake terus. Belum lagi godaan belanja online yang merajalela.
Saya mendengarkan berulang kali siaran KBR ( Kantor Berita Radio ) yang mengangkat topik Bijak Gunakan Energi di Tengah Pandemi “ dan ternyata sesuai dengan apa yang saya rasakan. Konsumsi energi naik 3%, belum lagi sampah organik dan non organik yang meningkat. Ahh ternyata, peningkatan energi selama pandemi ini bukan hanya terjadi di sini, di rumah ini melainkan hampir di seluruh wilayah.
Bagi yang mau mendengarkan, bisa di sini ya :
Langit yang biru, konsumsi BBM yang turun, penurunan penggunaan sumber energi. Ini ada hal penting yang bisa dirasakan selama pandemi, apakah ini berkat di tengah musibah global ? Saya sendiri berharap, semoga pembatasan mobilitas kita mampu memulihkan kondisi perubahan iklim yang beberapa tahun sudah kita rasakan sudah berubah. Seperti musim kemarau yang kian panjang bahkan beberapa daerah mengalami kekeceringan. Selama pandemi ini disadari atau tidak, saya merasakan udara yang saya hirup jauh lebih baik.
Ini disebabkan oleh turunnya mobilitas kita, namun taukah apa yang naik ? Modernitas, alias gaya hidup modern yang kini kian menjamur, pesan barang serba online, makan online, on terus sama barang elektronik. Soal aktivitas online, mulai dari belajar hingga bekerja. Dikatakan mbak Verena Puspawardani selaku Direktur Program Coaction Indonesia dalam talkshow KBR yang saya tonton, bahwa peningkatan energi dan gas meningkat hingga 3%, di sektor industri memang terjadi penurunan hingga 30% namun angka kenaikan konsumsi yang terjadi di sektor rumah tangga dikatakan akan terus meningkat seiring dengan kebutuhan energi yang kian meningkat juga. “ Duh bayar listrik jadi tambah mahal dong kalau ga bijak “ seketika saya memikirkannya.

( Sumber : 99 co )
Ada info menarik yang saya dapat dari mendengarkan KBR dengan topik kemarin, yang disampaikan Andrian Pramana dari Komunitas Earh Hour Cimahi yang mengatakan justru bijak menggunakan energi sudah dilakukan oleh masyarakat daerah atau lokal.
Mereka jauh lebih bijak dalam hal penggunaan energi seperti bisa dilihat dari bangunannya yang dipastikan memiliki ventilasi yang baik, sehingga tidak membutuhkan AC dan penggunaan lampu hanya di malam hari saja. Ada juga rumah-rumah yang dibuat model panggung dengan maksud ventilasi ini. Juga penggunaan listrik yang cenderung lebih bijak.
Ahh, sejujurnya saya jadi teringat pada ibu saya yang sering mengingatkan kami untuk mencabut colokan setelah menonton. Karena ternyata dikatakan mas Andrian, bahwa tanpa disadari kita membiarkan vampir listrik alias pengambilan daya listrik terjadi di rumah kita. Seperti Modem internet, DVD player, TV yang dibiarkan tetap mencolok padahal tidak dipakai. Benar kata mas Andrian Pramana, kita perlu meingkatkan kesadaran pada pola konsumsi.
Bijak Menggunakan Energi dan Dampaknya Pada Perubahan Iklim
Kita pasti sudah mendengar bahwa cadangan energi yang diambil dari dasar bumi pada akhirnya akan habis, semua pihak di seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia tentu sudah mengupayakan hal ini agar tidak terjadi kekurangan energi di masa depan, misalnya dengan terus mengembangkan energi baru terbarukan yang bisa dikembangkan. Listrik tenaga tata surya, bio gas, bio energi dan masih banyak yang lainnya tengah diupayakan.
Kita sebagai masyarakat bisa apa ? Tentu bisa, misalnya dengan bijak menggunakan energi, sehingga energi yang keluar hanya energi yang diperlukan. Efektivitas. Kebutuhan manusia pada energi tak mungkin dihindari, tapi bijak dalam menggunakannya adalah hal yang lain lagi. Perubahan iklim yang mulai dirasakan seperti kemarau panjang tentu tak boleh dibiarkn, pemanasan global tak bisa dianggap remeh. Siap atau tidak, jika tidak bergerak dari sekarang perubahan iklim akan semakin nyata pada kehidupan kita.

Sungguh sedih hingga menangis rasanya jika ingat tahun lalu kekeringan terjadi di beberapa daerah di Indonesia, hingga menabur garam demi mengharap hujan turun.
Daerah yang tak pernah kekeringan mulai membeli air demi berlangsungnya kehidupan, beberapa daerah lain menggelar sholat meminta hujan berjamah secara besar-besaran. Lalu hanya beberapa bulan kemudian, musim penghujan. Hujan yang deras di mana – mana hingga terjadi banjir besar di ibu kota yang tercatat sebagai banjir paling parah. Sungguh itu hanya setitik dari akibat perubahan iklim yang sudah bisa kita rasakan bahkan kita berdampingan dengannya.
Lalu kita bisa apa? Kita ini masyarakat biasa.
Tips Hemat Energi di Masa Pandemi
Kita bisa lakukan banyak hal yang jika bersamaan dilakukan tentu akan berpengaruh besar. Sedikit banyak kita sudah bisa lihat gerakan mengurangi sampah plastik dengan menggunakan produk-produk yang reusable, menggunakan produk hasil daur ulang, menghidupkan ekonomi lokal. Gerakan hidup minimalis dan tidak konsumtif bahkan sudah banyak mendapat tempat.
Baca juga : 7 Hal yang Saya Lakukan untuk Menghemat Energi
Bagi ibu rumah tangga, orang yang mengurusi rumah dan segala di dalamnya. Kita bisa mulai dengan hal-hal kecil seperti menggunakan energi jika diperlukan saja, seperti :
- Meminimalisir penggunaan AC dengan membuka jendela di pagi hari demi
- Minimalisir penggunaan lampu dengan menggunakan lampu hanya di malam hari
- Mencabut colokan peralatan listrik jika tidak digunakan
- Jika memungkinkan, saat bepergian lama matikan kulkas yang ditinggalkan
- Pada ricecooker, gunakan air mendidih untuk memasak dan cabut ketika nasi sudah matang
- Sebisa mungkin, jangan tinggalkan alat elektronik menyala saat tidur
- Untuk menghemat penggunaan gas, gunakan peralatan masak berbahan stainless dan matikan api sesaat jika sedang menumis
- Bijak dalam menggunakan air, tutup keran segera setelah digunakan
- Pada kehidupan sehari-hari, gunakan peralatan yang bisa digunakan kembali untuk meminimalisir sampah
- Gunakan bucket list saat belanja agar membeli hanya barang dibutuhkan saja
- Di masa pandemi seperti ini, pilih metode belanja banyak sekaligus sehingga memimalisir penggunaan plastik packing
- Bijak memilah sampah, pisahkan yang bisa digunakan kembali
- Belajar pengolahan sampah organik
- Konsumsi produk pangan lokal sebagai bukti mendukung ekonomi
Dari 13 tips tersebut yang mana yang sudah kamu lakukan?
Oya, saya punya tambahan pesan juga untuk para Ibu. Mari gerakan anak-anak pada kebiasaan bijak menggunakan energi. Karena kebiasaan adalah warisan pasti dari orang tua pada anaknya, saya kembali ingat lagi dari mana kebiasaan bangun tidur mematikan lampu dan membuka gorden jendela yang saya biasakan pada io berasal. Adalah Ibu saya yang sedari dulu mengajarkan hemat listrik, air, dan energi.
Masa pandemi, sedikit banyak mendorong kita untuk berubah. Semoga pandemi ini cukup untuk membuka mata dan menyadarkan kita semua akan tanggung jawab hidup di dunia adalah termasuk menjaganya jangan sampai biarkan perubahan iklim semakin mendekat. Mari bantu bumi sembuh.
Saya sudah berbagi pengalaman soal climate change. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog “Climate Change” yang diselenggaraakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis”.
Pengolahan sampah organik yang aku blum bisa nih. Lain2nya insyaAlloh udah.
Iya PR banget ya kalau pengolahan mah emang