Yasinyasintha.com – ” Perkenalkan saya Lingga, dari Kementrian Keuangan Balai Diklat Cimahi, kami berencana menyelenggarakan workshop foto produk dengan perkiraan waktu 3 jam. Mengenai hal tersebut, apakah ibu bisa memberikan materi pada kegiatan ini ? “. Email tersebut membuat mood saya bagus terus, betapa senang dan tersanjungnya saya diberikan kesempatan untuk berbagi pengalaman di sebuah workshop lagi.
Table of Content
Workshop Foto Produk Online dan Offline
Saya takkan bohong, jika gregetnya sharing mengenai foto produk di online dan offline rasanya memang beda. Online enaknya saya bisa sambil tiduran atau nongkrong di teras sambil sharing dan minum teh, santuy beud dah ini narsum haha. Sedangkan jika offline, perlu beberapa hal yang disiapkan diantaranya :
Kesiapan Materi
iya dong saya biasanya cek dulu siapa audiens dan berapa banyak jumlahnya. Paling enak kalau audiens nya ini campuran tidak hanya dari kalangan UMKM jadi workshop lebih santai dan berwarna, kalau peserta UMKM biasanya serius buru-buru mau praktek aja hehe.
Kesiapan materi ini berkaitan erat dengan pembuatan materi, biasanya untuk workshop offline kita akan nyiapin slide untuk ditampilkan. Tapi jika ternyata tidak ada infocus berarti saya dan papi akan menyiapkan print out materi.
Interaksi
saya suka mikirin banget nih gimana membangun interaksi selama sessi sharing ini. Kalau sharing session online, yaudah biasanya ada moderator lalu interaksi bisa berjalan seharian baik itu di grup maupun by wapri. Sedangkan saat workshop offlne, penting banget bisa membangun interaksi biar audiens ga ngantuk.
Peralatan Praktek
Ga disangkal ini bagian paling ribet sekaligus seru. Workshop foto produk offline tuh seru banget karena kita bisa praktek bareng. Papi yang share bagian teknis fotografi, akan memberikan spot – spot foto dengan sumber cahaya yang berbeda-beda.
Bagian serunya adalah semua peserta bisa praktek langsung bareng-bareng dan secara ga langsung membangun keakraban juga. Bagian ribetnya ada di sebelum workshop, satu – satu kita cobain lampunya bekerja ga, kalau putus ya beli dulu siapin props, perlengkapan foto seperti alas foto, mini studio dan lain – lain.
Tak lupa ya saya dan papi biasanya nyiapin baju juga untuk workshop offline, gimana pun harus keliatan tjakeep dongs kita haha, nah kalau workshop online kan bebas mau dasteran sekalipun, selama workshopnya bukan live sih ya haha.
Juga kami menyiapkan rute perjalanan, beberapa hari sebelumnya udah cari tau ini tuh di mana dan paling enak naik apa juga lewat mana. Jalur paling cepat tentunya karena kami sadar betul tinggal di daerah yang butuh waktu mencapai titik kota.
Pengalaman Menjadi Pemateri Workshop Foto Produk di Balai Diklat Cimahi
Pasir Impun – Cimahi itu seperti perjalanan dari ujung ke ujung, Papi mikirin banget soal rute dan jam berapa harus sampai di lokasi mengingat acaranya jam 8.30 dengan kondisi hari biasa dan banyak perbaikan jalan. Akhirnya jam 6 pagi saya dan Papi udah berangkat menuju Cimahi, ga sempet sarapan dulu karena takut telat. ” Yang penting nyampe dulu “ jadi sebuah prinsip buat perjalanan dengan waktu yang ketat.
Alhamdulilah jalanan berpihak pada kami, jam 8 saya dan Papi sudah sampai lokasi. Dengan rasa lapar melanda, akhirnya kami memutuskan untuk cari cemilan, mana bisa konsen kalau perut keroncongan yakan haha. Untung saja sekitar Balai Diklat Cimahi ini ada sebuah warung nasi, pemiliknya seorang nenek yang melayani kami dengan baik, kaget juga dengan harga 2 porsi nasi dan lauk yang kami pilih hanya dengan Rp. 12.000 saja loh.
Setelah perut kenyang, saya dan Papi bergegas ke Balai Diklat Cimahi dan menemui Kang Lingga sambil membawa turun peralatan. Agak surprise dengan tata letak ruangan yang dibuat round table dengan kami bagian depan disediakan 3 kursi maha besar ala DPR haha, berasa konferensi pers gini gue, wkwkwk.
Acara di mulai, peserta sudah berdatangan. Beberapa di antaranya adalah teman blogger yang menyempatkan diri untuk datang, saya seneng banget beberapa teman datang dan memberikan support dengan mengikuti open class yang diselenggarakan. Ada Teh Ima, Teh Sandra, Teh Herva, Teh Ida dan Teh Sugi.
Acara dimulai dengan sambutan dari Bu Rini sebagai perwakilan dari Balai Diklat Cimahi, menurut beliau ini adalah open class dengan peserta terbanyak. Saya senang sekaligus nervous jadinya, tak panjang lebar akhirnya workshop pun dimulai, berbeda dari biasanya, kali ini saya membawakan materi duluan dengan tema Product Stylist.
Product Stylist dalam Foto Produk
Sejujurnya tak hanya produk aja yang butuh stylist, kita memotret orang pun perlu stylist. Stylist ini sendiri sebenarnya sudah pasti kita lakukan bahkan secara tidak sadar, misalnya menggeserkan objek, memperhatikan background foto, menaik turunkan posisi kamera, juga hal lainnya.
Product stylist ini sangat dibutuhkan dalam memotret karena bisa sangat berpengaruh pada estetika sebuah foto, semakin menarik sebuah foto semakin penikmat fotonya mau nyaman berlama – lama melihat foto tersebut, kaitannya pada produk terutama untuk UMKM ataupun selebgram ( wanna be ) foto yang menarik seringkali menjadi nilai plus kan.
Saya membagikan materi dalam slide tersebut, materi yang sederhana saja. Bagi saya pribadi stylist ini adalah tentang selera, pada akhirnya tidak ada foto yang buruk, semuanya tergantung pada selera penikmat foto. Namun begitu hal yang saya tekankan dalam memberikan materi tentang product stylist ini adalah harus pandai dalam memilih props, jangan sampai adanya properti foto malah membuat objek utama “tersamar”.
Materi utama disampaikan oleh Papi, tentang teknis mengenal foto dengan kamera smartphone, sepertinya materi ini harus saya buat blogpost terpisah, yang jelas quote Papi keren banget nih meningkatkan antusias peserta, begini katanya :
” Kita di sini bukan untuk tiba – tiba jadi jago foto, kita di sini untuk mengurangi rasio kegagalan dalam memotret. Karena kegagalan dalam memotret selalu ada, dan di sini kita akan menguranginya “
Setelah Papi menyampaikan materi, para peserta dipersilakan untuk praktek dengan berbagai setting cahaya yang disediakan. Ada dengan kotak mini studio, ada juga light tent kelas studio profesional, ada juga setting foto dengan cahaya lampu belajar. Juga dipersilakan untuk berkreasi jika memiliki pilihan atau ide tersendiri. Objeknya ini adalah kue sus syantik yang saya bawa, mini dan cantik ( dan enak banget, beneran ).
Setelah praktek, semua peserta dipersilakan untuk mengupload fotonya ke media sosial instagram, giliran saya dan Papi yang kemudian menilai foto dan memilih 6 foto terbaik untuk mendapat apresiasi. Senang rasanya karena melihat banyak yang antusias mengupload foto hasil belajar bersama di open class ini
Acara ditutup dengan penyerahan hadiah juga foto bersama, saya tak mengira Balai Diklat Cimahi bahkan memberikan kaos, snack bahkan makan siang untuk seluruh peserta padahal acaranya ini free. Wah baik sekali ya, dan senang sekali ada CSR semacam ini yang bisa langsung diaplikasikan oleh peserta dalam mengembangkan diri.
Setelah workshop selesai, kami berpamitan pulang dan foto bersama dengan Bu Rini, Kang Lingga juga mas Gober yang memandu acara dengan baik. Lega rasanya workshop kali ini saya lewati tanpa gugup yang berlebihan, ada pula rasa bangga menyeruak bisa diundang oleh Kementrian Keuangan melalui Balai Diklat Keuangan Cimahi untuk menjadi narasumber di sini.
Benar ya, kita memang tidak pernah benar-benar tau esok akan seperti apa, jadi apa juga bertemu dengan siapa.
Terima kasih Kang Lingga juga semua dari Balai Diklat Cimahi yang memberikan kesempatan pada saya dan Papi untuk berbagi pengalaman fotografi. Juga para peserta yang sudah hadir, you are awesome !
Jadi mau saya share apa nih seputar fotografi di blog? Komen yah hehehe.