Pesona Jam Gadang yang Berdiri Kokoh di Benteng Pasar Atas. Salah Satu Ikon Tertua di Bukittinggi

Yasinyasintha.com – Liburan akhir tahun ke Bukittinggi tak lengkap rasanya bila tidak mengunjungi Jam Gadang. Salah satu wisata Bukittinggi yang menjadi ikon Minangkabau tertua ini didirikan pada masa Hindia-Belanda atas perintah Ratu Wilhelmina, sebagai hadiah bagi sekretaris kota Bukittinggi, yakni HR Rookmaaker.

.Pembangunan monumen Jam Gadang kala itu dirancang oleh arsitek asli Minangkabau, Jazid Rajo Mangkuto Sutan Gigi Ameh hingga tahun 1926 yang mana menghabiskan dana mencapai 3000 Gulden. Monumen setinggi 26 meter tersebut dibangun dengan menggunakan campuran kapur, pasir, dan putih telur. Menarik bukan?

Terdapat 4 tingkatan dari Jam Gadang yang mana masing-masing tingkatan memiliki perannya masing-masing, tingkat pertama digunakan sebagai ruang petugas, tingkat kedua merupakan tempat bandul pemberat jam, lalu tingkat ketiga adalah tempat dari mesin jam, dan terakhir tingkat keempat merupakan puncak menara dimana lonceng berada.

Sumber : wikipedia

Popularitas Jam Gadang dari waktu ke waktu tak kalah populer bila dibandingkan dengan Menara jam Big Ben yang ada di London. Meskipun keduanya berbentuk segi empat, namun Jam Gadang dibangun dengan gaya yang jauh lebih modern tanpa menghilangkan sentuhan tradisionalnya. Hal ini terlihat dari bentuk puncak menara yang serupa rumah Bagonjong (rumah adat Minangkabau).

Sebelum akhirnya berbentuk rumah Bagonjong, Jam Gadang sudah mengalami 3 kali renovasi bentuk atap. Renovasi pertama dilakukan saat Jepang mulai menjajah Bukittinggi yang mana atap Jam Gadang diubah menyerupai pagoda. Lalu, selepas Indonesia merdeka, dirubah kembali seperti atap Rumah Gadang khas adat Minangkabau. Kemudian, renovasi terakhir dilakukan pada tahun 2010 oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI).

Dibuat oleh Pabrik yang Sama

Faktanya baik jam Big Ben maupun Jam Gadang sama-sama dibuat oleh pabrik pembuat mesin jam asal Jerman, yakni Vortmann Relinghausen. Pabrik tersebut hanya membuat 2 unit mesin pengerak di dunia, satu unit untuk jam Big Ben di Inggris dan satunya lagi untuk Jam Gadang Bukittinggi.

Melalui dua bandul besar, sistem yang bekerja untuk menggerakan jam dapat berfungsi selama bertahun-tahun lamanya tanpa menggunakan sumber energi apapun. Seluruh angka pada jam sengaja dibuat khusus menggunakan penomoran Romawi, tetapi untuk angka empat ditulis dengan cara empat huruf I (IIII).

Kisah Dibalik Angka 4 Pada Jam Gadang

Konon beredar kabar bahwa angka 4 yang ditulis berbeda dari angka lainnya untuk mengenang jasa empat pekerja yang meninggal saat pembangunan menara. Namun ada pula sumber yang menyatakan bahwa angka 4 (IV) dapat diartikan sebagai “I Victory” atau aku menang. Lantaran jam ini sengaja didatangkan langsung dari negara kincir angin dan saat itu negara tersebut tidak ingin masyarakat Bukittinggi menganggap I Victory adalah kemenangan yang dapat memicu pemberontakan masal melawan penjajah.

Kemegahan dari Jam Gadang memang tidak ada tandingannya di Indonesia, namun pada tahun 2007 ketika Sumatera Barat diguncang bencana gempa bumi dengan kekuatan 5,8 hingga 6,4 skala richter mengakibatkan salah satu bagian dari ikon Minangkabau ini rusak. Tepatnya pada bandul penggerak jam yang berada di lantai teratas. Penggantian bandul pun dilakukan oleh pemerintah setempat guna mempercantik kembali ikon tersebut.

Nah itulah informasi menarik seputar Jam Gadang di Bukittinggi yang menjadi satu dari beberapa ikon tertua lainnya. Jadi? Sudah siap menjelajahi keindahan alam di bagian Barat Sumatera ini? Jika iya, sebaiknya kamu baca informasi lainnya mengenai wisata-wisata ternama disana ya melalui laman situs  cekaja.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *