Pengalaman Menyusui Saat Terkena Cacar Air

Yasinyasintha.com“ Hah apa ini ? “ Saya kaget setengah mati mendapati dua bintil merah dengan cairan di dalamnya seminggu setelah io ( 5,5 tahun ) sembuh cacar. “ Please jangan kena “ batin saya memohon. Saya saat itu sedang menyusui ia yang berusia 1,5 tahun dan tidak berencana menyapihnya secepat ini. Dan ini akan jadi cerita pengalaman menyusui saat terkena cacar air.

Merawat Anak yang Terkena Cacar Air

Beberapa anak sudah mulai tumbang di sekolah io karena bergantian terkena cacar air, bermula dari satu anak ke anak yang lain. Rasa was-was ada, tapi gimana lagi masa ga sekolah hanya karena takut kena cacar air. Setiap minggu silih berganti dari anak satu ke anak yang lain, sekolah sudah mewanti-wanti untuk anak dengan sakit menular tidak diperkenankan sekolah dulu, namun mungkin virusnya memang sudah ada. Jadi ini bukan salah siapa-siapa.

Selama teman-temannya bergantian kena cacar, saya usahakan io memiliki daya tahan tubuh yang bagus. Selang 2 minggu setelah tak ada anak yang kena cacar, sepulang sekolah io demam. Tak biasanya ia begitu murung, demamnya tinggi sampai pipinya memerah. Setelah istirahat, sorenya saya mendapat tanda : Mimpi buruk itu datang, bintil merah berisi cairan di dahi io seakan jadi jawaban apa yang tengah terjadi di sini.

Bagaimana ini ? Saya belum pernah kena cacar dan sedang menyusui ia pula.

Ke Dokter Anak Periksa Cacar

ke dokter periksa cacar air - yasinta

 

Kami memutuskan keesokan harinya ke dokter anak untuk memeriksakan io. Fix betul io kena cacar, saya saat itu juga sempat bertanya mengenai bagaimana kemungkinan io menularkan cacar pada ia yang masih bayi, dokter menyarankan agar dipisahkan sementara agar tidak terkena. Dengan alternatif tidak terlalu didekatkan atau mungkin dipindahkan sementara misal saya dan ia yang sementara pindah, atau mungkin io yang sementara tinggal di anggota keluarga lain sampai sembuh.

Di perjalanan pulang bingung sendiri saya sama Papi, tak mungkin saya menitipkan io ke Mamah di Ciparay yang hanya hidup berdua dengan Bapak, karena seingat saya Mamah belum pernah kena cacar juga, dan dengan usia yang sudah senja tak mau saya sampai membebaninya apalagi hingga membuatnya sakit karena tertular. Saya dan ia yang pindah juga tak mungkin, tak bisa saya meninggalkan io yang sedang sakit berduaan saja sama papi. Fyi, Papi mah udah pernah kena cacar.

Maka tanpa bermaksud menantang penyakit, saya memutuskan untuk merawatnya sendiri. Dengan tangan saya, kendati saya belum pernah mengalami cacar, yasudah Bismillah aja. Dokter meresepkan obat racik dan salep acyclovir untuk io, ada juga obat demam dan vitamin agar daya tahan tubuhnya kuat.

Sungguh ini harus jadi cerita tersendiri saking panjangnya. Singkat cerita dalam 5 hari io sehat dan membaik, bintil cacarnya menyebar ke seluruh tubuh. Demam di hari ke 3 sudah tak lagi, saya paksakan io untuk makan, sebanyak mungkin sebaik mungkin agar cepat sehat. Iioo kemudian sembuh.

Namun apa ini? Selang seminggu kemudian saya menemukan bintil merah berisi cairan di perut saya, “ Oh, no ! “ batin saya.

Fix, Saya Kena Cacar Air

Saat terkena cacar air saya sedang di rumah bersama anak-anak dan art, Papi sedang bekerja di Jakarta untuk seminggu. Sakit tanpa support system tuh berat banget, malamnya setelah menemukan bintil saya demam hebat, nyeri sebadan-badan, gatal luar biasa. Hanya bisa tidur beberapa menit saja, alhasil keleyengan di pagi hari.
Beruntung ia dan io ada yang menjaga, kalau tidak saya tak tau nasib kami bagaimana. Sebelum makin parah, saya memutuskan ke rumah sakit, naik ojek. Sepanjang jalan menggigil demam, dan nyeri badan. Sungguh pengalaman sakit paling menyakitkan yang pernah saya rasakan.

Saya memilih dr. Yeny Tanoyo, SpPD seorang dokter spesialis penyakit dalam yang pernah menangani saat saya terkena DBD kala sedang hamil ia, kini bertemu saya sakit cacar kala menyusui ia. Seketika rindu sekali dengan Papi, baru kali ini setelah sekian lama saya mengantri dokter sendiri ditambah dengan sakit cacar saat itu, takut ada apa-apa. Apalagi tekanan darah saya rendah terus sejak demam kemarin.

Menanyakan soal menyusui kala cacar, dokter Yeny ini memberikan saya dua pilihan. Menyapihnya agar tidak dekat dengan saya sehingga mengurangi risiko tertular, atau yaudah bring it on aja ! Kalau emang kena yaudah nanti tinggal diobatin, sesimpel itu loh pemikirannya ahaha dasar saya nya udah overthinking duluan emang. Dokter membesarkan hati saya kembali karena ia masih ASI, jadi masih punya antibodi yang didapat setiap hari.

Pertimbangan doker lainnya adalah kalau misal kena pun lebih enak ketika masih kecil, sehingga bekasnya akan memudar bahkan hilang.

Sedikit cerita tentang dr. Yeny, SpPD ini dokter spesialis penyakit dalam yang gaul dan enak banget ngejelasin penyakit kita. Ga ada tuh bikin parno atau nambah kegelisahan, dan tanpa diminta saat itu dokter Yeny menyarankan saya untuk sekalian ke spesialis kulit agar tak bolak balik jika ingin langsung mengatasi bekas cacarnya.

acyclovir dewasa
Acyclovir ( Sumber gambar : Indofarma )

Tapi saya pikir mengobatinya satu persatu dulu saja. Yang penting sehat dulu, saya kemudian diresepkan obat berupa puluhan butir acyclovir haha iya banyak banget. Aman bagi ibu hamil dan ketika saya menanyakan perlukah salep acyclovir, beliau menjawab tidak perlu karena lebih efektif acyclovir oral ketimbang salep. Baik saya nurut, saya juga diresepkan vitamin dan sanmol untuk mengatasi rasa nyeri dan demam.

Saya lupa tak menyimpan bukti pembayaran pemeriksaan tapi sekitar 400 ribuan total ( 2019 ) sudah termasuk konsultasi dan obat-obatan.

Memutuskan Tetap Menyusui Saat Terkena Cacar

Bukan hal yang mudah karena pikiran saya udah abis duluan merasakan nyeri di persendian. Iioo baru sembuh dan saya yang sedang cacar tidur sekamar dengan ia yang sehat. Pernah suatu hari saya membungkus diri dengan segala macem agar bagian cacar tak mengenai vira. Kerudung, masker, kaos kaki, sarung tangan. Udah kaya robot kabutaku aja di rumah haha.

Sampai akhirnya saya repot sendiri, kepanasan. Hari ke- 3 sampai ke – 5 cacar adalah yang terburuk. Demam hebat dan nyeri sendiri, menggigil tak tentu badan dan pikiran, gatal diseluruh badan terutama kepala. Sariawan dan cenat-cenut sebadan-badan. Untuk kali pertama, malam terasa begitu panjang. Sesekali saya bangun demi menyusui vira. Sungguh perjuangan sakit yang tak akan saya lupa.

Merayap keluar kamar di jam 2 malam, meraba –raba obat penurun panas. Kala saya sakit, papi sedang berada di luar kota, jadi kami hanya saling menelepon saja. Gatal sebadan-badan itu nyatanya adalah tanda cacar air nya keluar di sekujur badan. Begitu pagi, saya melihat sambil merasa ngeri, bintil merah dengan air tersebar. Saya tidak mandi 3 hari karena takut makin meriang, satu yang saya paksakan dengan sangat. MINUM AIR PUTIH.

Demi kecukupan air dan asi.

Saya masih gemar membaca tentang cacar air. Virus ini lebih berbahaya pada orang dewasa. Saya bisa melihat itu pada io, bahkan luka cacarnya udah semakin memudar setelah 2 minggu terkena, yang dikhawatirkan cacar pada orang dewasa adalah perkara komplikasinya. Dan setelah sembuh cacar, sistem imun saya berubah drastis ( nanti saya ceritakan ini di lain post ya )

Waktu berjalan, saya rajin oles-oles kutus-kutus siang malam pagi sore. Dan meskipun tidak dianjurkan untuk menggunakan salep, saya akhirnya tetap menggunakannya dengan harapan semakin cepat sembuh. Hari ke 6 kondisi saya mulai membaik, bintil pada kempes dan berubah jadi bopeng hitam yang tak kalah gatal.

Fyi, saya sempat menemukan beberapa bintil cacar di kaki vira udah deg-degan tapi 2 hari kemudian kempes dan hilang dengan sendirinya. Semoga ini tanda iiaa langsung kebal sama cacar karena 2 kali terpapar, sekali oleh mas io sekali oleh saya dengan jarak yang sangat dekat.

Di hari ke 5-6 demam udah ga begitu terasa, gatal dan nyeri ngilu di tubuh masih saya rasakan tapi saya sudah merasa lebih baik. Saya bisa katakan, jika cacar air melanda maka minum lebih banyak dari biasanya bisa sangat membantu. Jujur saya terbantu sekali dengan kebiasaan minum air putih banyak, terima kasih pada mamah saya.

Sembuh Cacar Air, Anak Tetap Sehat

Seminggu hingga 10 hari berlalu, kondisi saya membaik, soal bekas cacar adakah di wajah ? Ada beberapa dan alhamdulilah sudah mulai pudar bahkan tidak terlihat. Rahasianya ? Saya pake Bio Oil rutin sehari dua kali and its help me a lot.

Saya boleh dong turut berbangga diri bahwa ia tetap sehat walau berdekatan dengan io dan saya yang terkena cacar. Ini merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri, karena dibayangan saya akan lanjut mengurus ia yang kena cacar, Allah Maha Baik menjaga ia sehingga iiaa sehat – sehat aja.

Bagi  ibu yang masih mengASIhi dan terkena cacar air seperti saya, tetap semangat ya dan yang penting siapkan imun ibu sebaik mungkin agar ibu segera sembuh. Jangan lupa juga deng konsultasikan dulu dengan dokter, dokter akan memberi saran terbaik.

Pada kasus saya, vira adalah anak yang sehat dan saya tak mau menyapihnya lebih awal dari seharusnya. Dan akhirnya saya memutuskan untuk tetap menyusui.
Semoga tulisan saya bermanfaat ya, sesekali curhat soal anak dan keluarga seru juga ternyata. Buibu ada yang mau cerita juga tentang menyusui dan pengalaman sakit saat menyusui, yuk ath !

3 thoughts on “Pengalaman Menyusui Saat Terkena Cacar Air

  1. Salam mba, sy jg sdg terkena cacar air tp anak sy baru usia 3bln. Tinggal hanya berdua dgn suami, kondisi tdk memungkinkan utk mengkarantinakan baby ke keluarga. Mba dulu wktu kena cacar, masih mandiin ia sendiri kah ?

    1. Hai mbak Ayu, iya memandikan ia sendiri soalnya saya ga berani kasih ke yang ngasuh, khawatir dia kena cacar juga. Semangat yaa mbak, semoga cepet sembuh lagi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *