Melahirkan Tanpa Drama

Yasinyasintha.com – ” Pokoknya kalau ibu sudah keluar flek atau mules kontraksi teratur 10 menit sekali langsung aja ke sini. Ibu masih ingat kan mulesnya kaya apa ? ” tanya bidan tersebut. Saya menjawab lupa padahal baru 4 tahun yang lalu melahirkan iioo dan setahun yang lalu melahirkan alm. Ash tapi sudah lupa seperti apa. ” Allah maha besar Bu, kalau ingat dan berbekas sakitnya orang takkan mau punya anak lebih dari satu ” kata bidan tersebut melanjutkan. Iya juga ya, siapa yang mau bertaruh nyawa terus menerus jika ingat selalu rasanya seperti apa.

Kandungan saya 36 minggu saat perbincangan itu terjadi, perut yang semakin besar dan berat. Saya berpatokan pada flek yang keluar sebagai tanda awal pembukaan untuk persalinan. Setidaknya itu selalu terjadi pada saya saat hamil io dan Ash dulu.

Hamil 37 Minggu, katanya saya sudah boleh lahiran, bayipun sudah cukup beratnya. Saya sendiripun sudah ingin melahirkan saja, mengingat siang dan malam yang terasa jauh lebih berat dengan kram kaki dan sakit pinggang. Setiap hari saya berharap kontraksi atau flek segera datang, nyatanya belum ada sinyal cinta dari bayi sama sekali lalu setelah beberapa hari menjadi sangat uring-uringan ingin segera melahirkan, pada akhirnya saya berusaha menjalani dengan santai saja. Sambil berkata pada bayi di perut ” Santai saja nak di dalam, keluarlah kalau sudah siap ketemu dunia. Tapi jangan lama – lama, kita berjuang bersama ya ” begitu kata saya. Setelah itu saya tak lagi bertanya, kapan akan melahirkan. Hari – hari yang hadir saya manfaatkan sebaik mungkin tanpa ada drama apa – apa tentang melahirkan.

Baca juga : Enaknya Hamil Kebo 

Siang malam saya berdoa untuk kelancaran, bukan apa – apa takut akan kematian diam – diam menyelinap, entahlah setelah kehilangan Ash saya sering merasa kadang maut sangat dekat dengan saya. Sering berpikir kalau saya tak selamat bagaimana nasib io, siapa yang akan menemani papi. Kalau bayi yang tidak selamat, apakah saya mampu bertahan dalam kewarasan. Begitulah kecamuk dalam dada, saya pasrah sepasrah-pasrahnya dan minta kekuatan. Pinggang berasa mau patah saya dapatkan tiap malam beberapa minggu sebelum melahirkan.

Menjelang 39 minggu walau ada rasa cemas, saya berusaha mengalihkannya dengan mengisi hari dengan berbagai kegiatan. Sehari sebelum melahirkan ( 15 April 2018 ) saya masih bisa ikut papi take video tentang taekwondo di Ciwastra sambil ngasuh iioo, lalu pulangnya sempat nongkrong dulu di markasnya papi and the gengs di Kantor Orari di daerah Gatsu. Lalu berakhir dengan makan di Hokben.

Allah maha mendengar dan mengabulkan doa.

 

Malam itu entah kenapa saya ingin sekali berkeluh kesah tentang ketakutan saya tentang segala alami dan khawatirkan. Tentang keinginan saya segera melahirkan, dalam sujud yang panjang.

Sedari pagi tiba – tiba saya diare, lemas bukan main karena bolak balik kamar mandi plus kurang tidur semalaman. Saya tahan saja nyeri diare tersebut, ada tukang kebun di belakang yang tak mungkin saya tinggal. Menungguinya hingga pukul 1 siang, lalu barulah saya minta saran papi untuk ke bidan cek apa saya baik – baik saja setelah diare seharian. Ada rasa ragu untuk cek karena hari selasanya adalah jadwak check up kandungan, sementara saya juga sudah males kemana – mana.

Yakin bukan mau melahirkan ?” tanya papi. ” Engga kayanya da ga ada flek gt ” jawab saya.

Sebelum berangkat, saya masih sempat mandi dulu, sholat dzuhur dulu. Bahkan makan di luar menemani io makan siang dahulu, sesampainya di bidan dan diperiksa saya kaget sendiri mendengar bahwa saya sudah bukaan 4 ( Kaget sendiri ) lalu bidan berkata saya tidak boleh pulang.

Bukaan demi bukaan datang dengan cepat, setelah bukaan 8 pun ketuban saya tak kunjung pecah lalu ( katanya ) dipecahkan saat saya sudah merasa baby di ujung jalan lahir. Setelah dipecahkan itulah lalu alhamdulilah el no. 2 lahir ke dunia sehat sempurna tanpa kurang suatu apapun. Saya ingin sekali menangis haru, bayi yang saya kandung perempuan wajahnya persis seperti io, persis seperti Ash. Lamunan saya mengembara, pada makam Ash. Oh Allah, Engkau Maha Besar. Takkan diambil sesuatu tanpa digantikan dengan yang lebih baik, janjimu nyata.

Persalinan yang cepat dan tanpa drama, pukul 15.00 saya di bidan pukul 16.45 bayi lahir ke dunia. Saat saya menulis ini, saya masih merasakan nyeri bekas jahitan yang kalau malam semakin menyiksa. Tapi kuasa Allah ya, melihat bayi sehat dan tertidur damai. Reda sudah sakit ini.

Saya beruntung, benar – benar beruntung. Sebegitu cepat Allah mengabulkan doa saya, sebegitu cepat semua proses melahirkan, sebegitu cepat Allah pulihkan saya sehingga bisa merawat bayi dengan segera. Perjuangan baru saja dimulai, selamat datang Elvira Radhita Prasetyo. Terima kasih sudah hadir nak, mari berjuang dan bekerjasama ya di keluarga kecil kita.

ps : Masih sering ga percaya Allah karuniakan lagi bayi perempuan, jadi penghibur dan penyemangat saya setelah kehilangan Asha.

Saya haturkan terima kasih pada teman – teman semuanya untuk setiap doa yang terucap dan terpanjat buat saya sekeluarga, sungguh sangat berarti. Semoga kebaikan kalian semua dibalas Allah berlipat – lipat ganda.

3 thoughts on “Melahirkan Tanpa Drama

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *