Dia seperti boneka bagiku, wajahnya dan tingkahnya selalu membuat aku tertawa. Melihatnya selalu membuat aku merasa tenang dan damai. Tak ada amarah, jikapun ada itu akan menguap ke udara begitu saja kala ku pandang wajahnya yang lucu tengah berduka.
Aku menyapihnya dari ASI tanpa drama, toilet training tanpa drama, lepas dari botol susu tanpa drama. Ia nyaris selalu iya saja pada apa yang aku diskusikan. Iya aku mengajaknya diskusi dan benegosiasi. Entah apa yang aku lakukan sehingga bisa begitu beruntung memilikinya.
Kemarin aku masuk angin, lemas dan pusing sekali. Aku merapatkan kakiku ke tubuh kala duduk di sofa, anak perempuanku yang usianya 2 tahun ini bicara dengan bahasanya : “ jangan lari-lari, ayo minum tiga kali, biar cepet sembuh, oke “ hatiku menghangat, eh tak hanya hatiku tapi kedua sudut mataku.
Ia mendatangi io yang tengah menonton tv, dalam bahasanya ku tebak mereka bicara aku sedang sakit. Lucu sekali, kini lengkap sudah kedua anakku ada dihadapanku. “ mami nanti tidur cepet “ begitu kata io. Lalu ke dapur dan membawakanku minum, aku minum dan keduanya berlalu kemudian asik menonton TV, sesekali mereka melihat ke arahku dan tertawa.
Aku sangat beruntung, kata batinku.
Ini tentang anak perempuanku, Elvira. Yang usianya baru 2 tahun saja tapi punya hati dan pemikiran yang sempurna. Aku senang kala ia menarik tanganku agar melepaskan laptop untuk bermain dengannya, aku tenang melihatnya tertidur dengan pipi terhimpit bantal. Aku haru karena ia sudah bisa membuat lingkaran, aku gemas karena ia jelas sekali kala mengucap kata HIJAU.
Anak perempuanku, Elvira. Terima kasih selalu menjadi suar di setiap hariku.
Bandung, 15 September 2020
Aahhhh, bacanya aja aku ikut seneeeeng mba sin:). Anak2 baik yang penyayang, itu bener2 anugrah buat ortunya. Tapi aku selalu yakin mba, anak2mu bisa begitu, juga karena didikan mba dan papinya yang pasti baik banget sebagai orangtua. Karena anak selalu mengikuti apa yg ortunya lakuin :).
Semoga sehat2 selalu 2 malaikat kecilmu itu yaaaa 😉